Perang Enam Hari: Konflik yang Terjadi antara 5-10 Juni 1967
Perang Enam Hari adalah konflik yang terjadi antara 5 Juni dan 10 Juni 1967, yang melibatkan Israel dan negara-negara Arab tetangga seperti Mesir, Yordania, dan Suriah. Perang tersebut menghasilkan kemenangan yang menentukan bagi Israel dan mempunyai dampak yang signifikan bagi wilayah tersebut.
Ketegangan telah meningkat antara Israel dan negara-negara tetangga Arabnya selama bertahun-tahun, dengan berbagai bentrokan perbatasan dan perselisihan politik.
Pada bulan Mei 1967, Mesir mengusir pasukan penjaga perdamaian PBB dari Semenanjung Sinai dan menutup Selat Tiran, memutus akses Israel ke Laut Merah. Tindakan-tindakan ini, bersama dengan retorika Arab lainnya dan peningkatan kekuatan militer, membuat Israel percaya bahwa serangan akan segera terjadi.
Pada tanggal 5 Juni 1967, Israel melancarkan serangan pendahuluan terhadap angkatan udara Mesir, menghancurkan sebagian besar pesawatnya di darat.
Serangan awal ini membuka jalan bagi serangkaian kemajuan pesat Israel di berbagai bidang. Pasukan Israel dengan cepat merebut Semenanjung Sinai dari Mesir, Tepi Barat dari Yordania, dan Dataran Tinggi Golan dari Suriah.
Perang ini hanya berlangsung selama enam hari, sesuai dengan namanya, dan menghasilkan keuntungan teritorial yang signifikan bagi Israel. Negara ini menjadi tiga kali lipat ukurannya, menduduki Semenanjung Sinai, Jalur Gaza, Tepi Barat, Yerusalem Timur, dan Dataran Tinggi Golan. Hal ini mempunyai dampak yang luas terhadap konflik Israel-Palestina dan konflik Arab-Israel yang lebih luas.
BACA JUGA : Perang Korea: Konflik Tahun 1950-1953 di Semenanjung Korea
Pasca perang, Israel menghadapi tantangan baru, termasuk administrasi wilayah yang baru diduduki dan masalah penentuan nasib sendiri Palestina.
Konflik tersebut juga menyebabkan meningkatnya ketegangan di kawasan dan berdampak jangka panjang terhadap dinamika politik di Timur Tengah.
Perang Enam Hari merupakan peristiwa penting dalam sejarah konflik Arab-Israel, yang mengubah perbatasan dan dinamika kekuasaan di kawasan serta membuka jalan bagi konflik dan negosiasi di masa depan.