Perang Kongo Kedua: Konflik DRC Pada Tahun 1998 sampai 2003

Perang Kongo Kedua: Konflik DRC Pada Tahun 1998 sampai 2003

Perang Kongo Kedua, juga dikenal sebagai Perang Besar Afrika adalah konflik yang terjadi di Republik Demokratik Kongo (DRC) pada tahun 1998 hingga 2003.

Perang ini merupakan salah satu konflik paling mematikan sejak Perang Dunia II, melibatkan berbagai kelompok bersenjata dan negara-negara tetangga.

Konflik dimulai pada bulan Agustus 1998 ketika kelompok pemberontak, yang didukung oleh Rwanda dan Uganda, bangkit melawan pemerintahan Presiden Laurent-Désiré Kabila.

Pemberontak menuduh Kabila melakukan korupsi dan gagal mengatasi masalah ekonomi dan politik negara. Konflik dengan cepat meningkat, dan berbagai kelompok bersenjata, termasuk milisi Kongo dan pasukan asing, ikut terlibat.

Perang ini ditandai dengan kekerasan yang meluas, pembunuhan massal, dan pelanggaran hak asasi manusia. Hal ini dipicu oleh persaingan memperebutkan sumber daya alam Kongo yang melimpah, termasuk berlian, emas, dan coltan.

Konflik tersebut juga mempunyai dimensi etnis, dengan ketegangan antara kelompok etnis yang berbeda yang berujung pada kekerasan yang ditargetkan dan perpindahan penduduk.

Perang tersebut melibatkan banyak negara tetangga, termasuk Rwanda, Uganda, Burundi, Angola, Namibia, dan Zimbabwe, yang mendukung faksi berbeda di Kongo. Negara-negara ini dimotivasi oleh kepentingan politik dan ekonomi mereka sendiri di kawasan.

 

Dampak Perang Kongo Kedua

 

Perang ini mengakibatkan kematian jutaan orang, baik secara langsung melalui kekerasan maupun tidak langsung karena penyakit, kekurangan gizi, dan pengungsian. Hal ini juga menyebabkan kerusakan signifikan pada infrastruktur dan perekonomian Kongo.

BACA JUGA : Perang Enam Hari: Konflik yang Terjadi antara 5-10 Juni 1967

Pada tahun 2003, perjanjian perdamaian ditandatangani, yang secara resmi mengakhiri perang. Namun, kekerasan dan ketidakstabilan terus berlanjut di beberapa wilayah di negara ini, khususnya di wilayah timur, dimana kelompok bersenjata dan milisi masih aktif.