Pemberontakan Lushan: Pemberontakan Besar Tiongkok (755-763)
Pemberontakan Lushan adalah pemberontakan besar yang terjadi di Tiongkok dari tahun 755 hingga 763 pada masa Dinasti Tang. Pasukan ini dipimpin oleh seorang jenderal bernama An Lushan, yang sebelumnya adalah komandan militer tepercaya di Kekaisaran Tang.
Seorang Lushan berasal dari campuran Sogdiana dan Turki dan menjadi terkenal dan berpengaruh dalam militer Tang. Namun, ia menjadi kecewa dengan pemerintahan Tang dan kebijakan-kebijakannya, khususnya sikap pilih kasih yang ditunjukkan terhadap para kasim dan korupsi di dalam pemerintahan.
Pada tahun 755, An Lushan memberontak melawan Dinasti Tang dan menyatakan dirinya sebagai penguasa negara baru yang disebut Dinasti Yan. Dia mengumpulkan pasukan besar, yang terdiri dari pasukan Tiongkok dan non-Tiongkok, dan melancarkan kampanye militer untuk menggulingkan pemerintahan Tang.
Pemberontakan Lushan dengan cepat mendapatkan momentumnya dan menjadi ancaman besar bagi Dinasti Tang. Pasukan Lushan merebut kota strategis Luoyang dan maju menuju ibu kota Tang, Chang’an (sekarang Xi’an). Kaisar Tang Xuanzong terpaksa melarikan diri, dan pemberontakan menyebar ke seluruh Tiongkok utara.
Pemberontakan Lushan ditandai dengan pertempuran sengit dan kehancuran yang meluas. Pasukan pemberontak melakukan kekejaman, termasuk pembantaian dan penjarahan, saat mereka bergerak melintasi wilayah tersebut. Dinasti Tang, dengan bantuan komandan militer regional dan sekutu asing, melancarkan serangan balasan untuk menekan pemberontakan.
An Lushan Dibunuh
Pemberontakan Lushan tersebut berlangsung selama delapan tahun, dengan kedua belah pihak menderita banyak korban jiwa. Akhirnya, pada tahun 763, An Lushan dibunuh oleh putranya sendiri, dan pemberontakan perlahan-lahan kehilangan momentumnya. Dinasti Tang berhasil mendapatkan kembali kendali atas wilayah tersebut, namun kekaisarannya menjadi sangat lemah akibat konflik tersebut.
BACA JUGA : Kubilai Khan: Pendiri Dinasti Yuan di Tiongkok
Pemberontakan Lushan mempunyai konsekuensi politik, sosial, dan ekonomi yang signifikan bagi Dinasti Tang. Hal ini melemahkan otoritas pemerintah pusat dan menyebabkan desentralisasi kekuasaan, sehingga komandan militer daerah memperoleh otonomi yang lebih besar.
Pemberontakan tersebut juga memperburuk masalah sosial dan ekonomi yang ada, seperti distribusi tanah dan perpajakan, yang menyebabkan kerusuhan dan pemberontakan lebih lanjut di tahun-tahun berikutnya